Resensi Novel Badai Sampai Sore
Badai Sampai Sore
A. Identitas Buku
Judul buku : Badai Sampai Sore
Pengarang : Motinnggo Busye
Penerbit : Balai Pustaka
Jumlah
Halaman : 50 Halaman
B. Pendahuluan
Motinggo Busye lahir tanggal 21 November 1937 di Kupangkota, Lampung. Ia pernah menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Tetapi tidak lama karena lebih aktif melibatkan diri dengan para sastrawan di Yogyakarta dan mengikuti teater bersama Kirdjomuljo, Nasjah Djamin, subagi Sastrowardoyo, dan Rendra.
Ia mulai dikenal tahun 1958 karena memenangkan hadiah pertama dengan dramanya, Malam Jahanam, dalam sayembara drama Indonesia. Motinggo juga dikenal sebagai penulis naskah drama, pelukis, penyair, penulis cerpen-cerpen dan novel, aktor dan juga sutradara. Belakangan ini ia juga terjun sebagai sutradara film.
C. Isi Resensi
1. Sinopsis
Novel ini mengisahkan tentang persahabatan yang begitu erat, antara Dat dan Sunarto. Tetapi salah satu seorang sahabat ini mengidam penyakit TBC, yaitu Sunarto. Dat sering mengunjungi Sunarto di rumah sakit, tetapi belakangan ini Dat sudah jarang datang menjenguknya.
Suatu hari Dat pun datang mengunjungi Sunarto ke rumah sakit. Sunarto begitu bahagia. Dia menceritakan semuanya apa yang telah terjadi padanya selama di rumah sakit. Di rumah sakit Sunarto juga memiliki seorang sahabat yang bernama Salmun.
Sunarto dan Salmun adalah teman baik, mereka bertemu dirumah sakit saat mereka dirawat di sana. Mereka semakin dekat ketika mereka saling terbuka dan mereka bukan lagi menjadi teman melainkan menjadi sahabat. Namun mereka berdua memiliki sifat yang benar-benar bertolak belakang.
Tetapi Salmun dan Sunarto memiliki karakter yang bertolak belakang juga. Salmun adalah seorang guru dia adalah orang yang rapi dan serba teratur. Sementara Sunarto adalah seseorang yang berprofesi sebagai pelukis. Karakternya Sunarto kebalikan dari Salmun. Ia begitu urakan, cuek dan tak teratur. Meskipun orangnya rapi dan serba teratur, Salmun memiliki sifat yang temperamen, mudah gelisah, pesimis dan parnoan. Sementara itu Sunarto adalah seorang yang periang, optimis dan bersemangat.
Salmun yang sudah dirawat berbulan-bulan di rumah sakit, hanya sekali saja dijenguk oleh istrinya. Salmun memang sudah mempunyai istri tapi mereka belum dikaruniai anak. kemudian dia merindukan kunjungan istrinya dan pada saat yang sama ada kegelisahan mengapa istrinya tak juga datang menjenguknya lagi. Padahal istrinya itu baru menjenguknya satu kali selama ia ada dirumah sakit.Salmun semakin menderita melihat Sunarto yang terlihat bahagia menjalin kasih dengan Suparni, suster yang merawat mereka di rumah sakit dimana mereka dirawat.
Salmun merasa dunia ini tak adil. Ia yang berpendidikan dan mengagungkan nilai keluarga tapi hatinya kesepian. Salmun harus kalah oleh Sunarto, pemuda urakan yang hanya seorang pelukis, namun bisa bahagia dengan apa yang dimilikinya.
Padahal, Sunarto bukannya tak memiliki masa lalu yang kelam. Ia pernah begitu memuja seorang wanita yaitu Eni.Yang membuatnya mau berkorban apapun, namun harus berakhir mengenaskan. Penyakit TBC yang dideritanya juga sebagai akibat pola hidup bebasnya bersama kekasih terdahulunya. Namun berbeda dengan Salmun, di Rumah Sakit ini Sunarto menyadari kesalahannya dan berhasil bangkit, salah satunya karena berkenalan dengan Suparni yang kemudian menjadi kekasihnya tersebut.
Salmun semakin menderita karena harus melihat Suparni dan Sunarto bersamaan dihadapannya hampir setiap hari. Kenapa hanya dia saja yang menderita seperti, mengapa dunia tertawa saat dia sedang menderita. Ini tak adil. Seperti saat ini saja Sunarto sedang bersamaan oleh Suparni, padahal Suparni hanya melakukan tugasnya sebagai juru rawat.
Keesokan paginya Salmun masih saja sempet memikirkan istrinya Jaenab. Jaenab istri setianya kenapa ia tak kunjung menjenguknya dirumah sakit ini. Salmun ingin sekali dijenguk lagi oleh istrinya Jaenab. Salmun berharap hari ini istrinya itu datang untuk menjenguknya. Tapi sampai matahari menyembunyikan dirinya Jaenab tak kunjung datang.
Suatu hari Sunarto dikunjungi oleh seseorang yang tidak ia duga, seseorang dari masa lalunya ya dia adalah Eni. Mantan kekasih Sunarto yang karena dia Sunarto menjadi seperti ini. Tetapi Sunarto dikenjutkan lagi oleh permintaan Eni yang datang kesini dia mengunjungi Sunarto hanya meminta untuk Sunarto menuliskan sebuah surat yang dimana isinya adalah tentang Sunarto yang mencintai Eni. Surat itu ingin Eni berikan kepada Syamsudin karena Syamsudin telah menyakiti hati Eni. Tentu saja permintaan iti ditolak mentah-mentah oleh Sunarto. Eni kesal mendengar jawaban dari mulut Sunarto, tapi Eni tidak menyerah dia membujuk Sunarto untuk menuruti permintaannya itu. Tapi tetap saja ditolak oleh Sunarto. Eni benar-benar kesal dengan sikap Sunarto lalu ia pergi keluar dari kamar rawat Sunarto ia pergi untuk pulang.
Keesokan harinya pada saat malam hari, temannya Salmun batuk tiada hentinya. Saat ia berbalik hendak melihat temannya, dia melihat begitu banyak darah yang berserakan dilantai, karena Salmun muntah darah. Lalu dia langsung melompat ke atas ranjangnya dan menutupi dirinya dengan selimut. Tidak lama kemudian Suparni datang untuk membersihkan lantai itu. Setelah selesai Suparni keluar dari ruangan itu. Dan saat Sunarto sedang tertidur ia dipanggil oleh Suparni bahwa istrinya Salmun datang bersama dengan laki-laki, entahlah laki-laki itu siapa mungkin saudaranya. Saat Sunarto menanyakan dimana keberadaan Salmun kepada Suparni, Suparni hanya diam saja lalu menunduk dan menjawab pertanyaan Sunarto bahwa Salmun sudah berada diruang mayat. Mendengar kabar itu Sunarto tak percaya, karena temannya yang selama ini setia menemaninya di rumah sakit, berjuang bersama melawan penyakit telah pergi lebih dulu untuk selama-lamanya.
Sunarto pun keluar menemui Jaenab, istrinya Salmun. Ternyata kedatangan Jaenab sudah terlambat karena Salmun sudah tiada. Jaenab pun begitu sedih karena tak dapat berjumpa dengan Salmun untuk yang terakhir kalinya. Dan ternyata yang datang bersamanya adalah suaminya Jaenab mereka sudah menikah lagi dan dia sudah mempunyai anak serta ia tinggal dirumah yang begitu mewah.
Setelah pulang dari rumah sakit, Sunarto kembali lagi dengan sahabatnya, Dat. Sunarto mengajak Dat untuk bermain ke rumahnya. Mereka pun bercerita banyak hal. Sunarto menceritakan rencananya untuk segera menikahi Suparni, seorang suster yang selama ini setia menjaga dan menemaninya selama di rumah sakit. Dat pun sangat setuju dengan keputusan yang dibuat oleh sahabatnya itu. Dat sangat senang, akhirnya Sunarto menemukan pasangan hidupnya yang akan menemaninya sampai tua nanti.
2. Unsur Intrinsik
1) Tokoh/Penokohan
a. Aku (Dat) : Baik dan suka toleransi
Kutipan : "Mengunjungi Sunarto di rumah sakit." (Hal. 7)
b. Sunarto : Percaya diri dan tegas
Kutipan : "Yang berani dan percaya pasti menang." (Hal. 25) dan kutipan "Ya, karena cintamu dari dulu semacam perjudian. Kau telah memilih kartu sebagai taruhannya." (Hal. 33)
c. Salmun : Iri dan pemarah
Kutipan : "Bangsat! Hidup kotor bangsat!" (Hal. 12)
d. Suparni : Lembut dan pemalu
Kutipan : "Ini sudah selesai?" Tanyanya lembut dengan tersipu malu-malu. (Hal. 23)
e. Eni : Angkuh
Kutipan : "Kau jangan merasa sudah menang, To." (Hal. 33)
2) Latar
a. Tempat : Rumah sakit
Kutipan : "Sebuah kamar, di suatu rumah sakit umum." (Hal. 10)
b. Waktu : Pagi dan sore
Kutipan : "Cahaya matahari pagi yang segar pun masuk ke kamar itu lewat jendela." (Hal. 21) dan "Suasana senja semakin beranjak sepi." (Hal. 42)
c. Suasana : Sedih
Kutipan : "Katanya, ia akan mencabut nyawaku." Lalu Salmun menangis. (Hal. 28)
3)Gaya Bahasa
Menggunakan gaya bahasa majas hiperbola, terlihat pada kutipan "Semacam badai api yang membakar sukmaku yang semula kukira keras bagai logam." (Hal. 49)
4) Sudut Pandang
Sudut pandang orang pertama. Karena terlihat pada kutipan awal cerita yaitu "Aku adalah orang paling terlambat mengunjungi Sunarto di rumah sakit."
5) Amanat
Dalam hidup janganlah kita iri terhadap nikmat yang diterima oleh seseorang. Syukurilah nikmat umyang telah di berikan Tuhan kepada kita.
6) Tema
Persahabatan yang penuh perjuangan
3. Unsur Ekstrinsik
a. Nilai Agama : "Dan dengan khusuk dia berdoa menghadap keloteng." (Hal. 21) dan "Tuhan yang mendirikan langit dan bumi seluruh alam." (Hal. 14)
b. Nilai Moral : Suka berkata bohong, terlihat pada kutipan "Aku mengagumi gambarmu!" Salmun pucat, dia berbohong(Hal. 13)
D. Keunggulan Novel
Cerita di dalam novel ini sangat objektif karena ceritanya dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari, dan dapat memberikan pelajaran bagi yang membacanya bahwa di dalam kehidupan yang jahat tidak selalu hancur.
E. Kelemahan Novel
Masih ada kata yang kurang ejaannya, seperti pada kutipan "Tuhan yang mendirikan langin dan bumi seru sekalian alam." (Hal. 14). Harusnya ejaan kata "seru" itu diganti menjadi kata "seluruh".
F. Hal Yang Menarik
Novel ini sangat menarik untuk dibaca. Karena di dalam ceritanya mengajarkam kita untuk sabar, terus berjuang dan jangan pernah menyerah dalam kehidupan.
A. Identitas Buku
Judul buku : Badai Sampai Sore
Pengarang : Motinnggo Busye
Penerbit : Balai Pustaka
Jumlah
Halaman : 50 Halaman
B. Pendahuluan
Motinggo Busye lahir tanggal 21 November 1937 di Kupangkota, Lampung. Ia pernah menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Tetapi tidak lama karena lebih aktif melibatkan diri dengan para sastrawan di Yogyakarta dan mengikuti teater bersama Kirdjomuljo, Nasjah Djamin, subagi Sastrowardoyo, dan Rendra.
Ia mulai dikenal tahun 1958 karena memenangkan hadiah pertama dengan dramanya, Malam Jahanam, dalam sayembara drama Indonesia. Motinggo juga dikenal sebagai penulis naskah drama, pelukis, penyair, penulis cerpen-cerpen dan novel, aktor dan juga sutradara. Belakangan ini ia juga terjun sebagai sutradara film.
C. Isi Resensi
1. Sinopsis
Novel ini mengisahkan tentang persahabatan yang begitu erat, antara Dat dan Sunarto. Tetapi salah satu seorang sahabat ini mengidam penyakit TBC, yaitu Sunarto. Dat sering mengunjungi Sunarto di rumah sakit, tetapi belakangan ini Dat sudah jarang datang menjenguknya.
Suatu hari Dat pun datang mengunjungi Sunarto ke rumah sakit. Sunarto begitu bahagia. Dia menceritakan semuanya apa yang telah terjadi padanya selama di rumah sakit. Di rumah sakit Sunarto juga memiliki seorang sahabat yang bernama Salmun.
Sunarto dan Salmun adalah teman baik, mereka bertemu dirumah sakit saat mereka dirawat di sana. Mereka semakin dekat ketika mereka saling terbuka dan mereka bukan lagi menjadi teman melainkan menjadi sahabat. Namun mereka berdua memiliki sifat yang benar-benar bertolak belakang.
Tetapi Salmun dan Sunarto memiliki karakter yang bertolak belakang juga. Salmun adalah seorang guru dia adalah orang yang rapi dan serba teratur. Sementara Sunarto adalah seseorang yang berprofesi sebagai pelukis. Karakternya Sunarto kebalikan dari Salmun. Ia begitu urakan, cuek dan tak teratur. Meskipun orangnya rapi dan serba teratur, Salmun memiliki sifat yang temperamen, mudah gelisah, pesimis dan parnoan. Sementara itu Sunarto adalah seorang yang periang, optimis dan bersemangat.
Salmun yang sudah dirawat berbulan-bulan di rumah sakit, hanya sekali saja dijenguk oleh istrinya. Salmun memang sudah mempunyai istri tapi mereka belum dikaruniai anak. kemudian dia merindukan kunjungan istrinya dan pada saat yang sama ada kegelisahan mengapa istrinya tak juga datang menjenguknya lagi. Padahal istrinya itu baru menjenguknya satu kali selama ia ada dirumah sakit.Salmun semakin menderita melihat Sunarto yang terlihat bahagia menjalin kasih dengan Suparni, suster yang merawat mereka di rumah sakit dimana mereka dirawat.
Salmun merasa dunia ini tak adil. Ia yang berpendidikan dan mengagungkan nilai keluarga tapi hatinya kesepian. Salmun harus kalah oleh Sunarto, pemuda urakan yang hanya seorang pelukis, namun bisa bahagia dengan apa yang dimilikinya.
Padahal, Sunarto bukannya tak memiliki masa lalu yang kelam. Ia pernah begitu memuja seorang wanita yaitu Eni.Yang membuatnya mau berkorban apapun, namun harus berakhir mengenaskan. Penyakit TBC yang dideritanya juga sebagai akibat pola hidup bebasnya bersama kekasih terdahulunya. Namun berbeda dengan Salmun, di Rumah Sakit ini Sunarto menyadari kesalahannya dan berhasil bangkit, salah satunya karena berkenalan dengan Suparni yang kemudian menjadi kekasihnya tersebut.
Salmun semakin menderita karena harus melihat Suparni dan Sunarto bersamaan dihadapannya hampir setiap hari. Kenapa hanya dia saja yang menderita seperti, mengapa dunia tertawa saat dia sedang menderita. Ini tak adil. Seperti saat ini saja Sunarto sedang bersamaan oleh Suparni, padahal Suparni hanya melakukan tugasnya sebagai juru rawat.
Keesokan paginya Salmun masih saja sempet memikirkan istrinya Jaenab. Jaenab istri setianya kenapa ia tak kunjung menjenguknya dirumah sakit ini. Salmun ingin sekali dijenguk lagi oleh istrinya Jaenab. Salmun berharap hari ini istrinya itu datang untuk menjenguknya. Tapi sampai matahari menyembunyikan dirinya Jaenab tak kunjung datang.
Suatu hari Sunarto dikunjungi oleh seseorang yang tidak ia duga, seseorang dari masa lalunya ya dia adalah Eni. Mantan kekasih Sunarto yang karena dia Sunarto menjadi seperti ini. Tetapi Sunarto dikenjutkan lagi oleh permintaan Eni yang datang kesini dia mengunjungi Sunarto hanya meminta untuk Sunarto menuliskan sebuah surat yang dimana isinya adalah tentang Sunarto yang mencintai Eni. Surat itu ingin Eni berikan kepada Syamsudin karena Syamsudin telah menyakiti hati Eni. Tentu saja permintaan iti ditolak mentah-mentah oleh Sunarto. Eni kesal mendengar jawaban dari mulut Sunarto, tapi Eni tidak menyerah dia membujuk Sunarto untuk menuruti permintaannya itu. Tapi tetap saja ditolak oleh Sunarto. Eni benar-benar kesal dengan sikap Sunarto lalu ia pergi keluar dari kamar rawat Sunarto ia pergi untuk pulang.
Keesokan harinya pada saat malam hari, temannya Salmun batuk tiada hentinya. Saat ia berbalik hendak melihat temannya, dia melihat begitu banyak darah yang berserakan dilantai, karena Salmun muntah darah. Lalu dia langsung melompat ke atas ranjangnya dan menutupi dirinya dengan selimut. Tidak lama kemudian Suparni datang untuk membersihkan lantai itu. Setelah selesai Suparni keluar dari ruangan itu. Dan saat Sunarto sedang tertidur ia dipanggil oleh Suparni bahwa istrinya Salmun datang bersama dengan laki-laki, entahlah laki-laki itu siapa mungkin saudaranya. Saat Sunarto menanyakan dimana keberadaan Salmun kepada Suparni, Suparni hanya diam saja lalu menunduk dan menjawab pertanyaan Sunarto bahwa Salmun sudah berada diruang mayat. Mendengar kabar itu Sunarto tak percaya, karena temannya yang selama ini setia menemaninya di rumah sakit, berjuang bersama melawan penyakit telah pergi lebih dulu untuk selama-lamanya.
Sunarto pun keluar menemui Jaenab, istrinya Salmun. Ternyata kedatangan Jaenab sudah terlambat karena Salmun sudah tiada. Jaenab pun begitu sedih karena tak dapat berjumpa dengan Salmun untuk yang terakhir kalinya. Dan ternyata yang datang bersamanya adalah suaminya Jaenab mereka sudah menikah lagi dan dia sudah mempunyai anak serta ia tinggal dirumah yang begitu mewah.
Setelah pulang dari rumah sakit, Sunarto kembali lagi dengan sahabatnya, Dat. Sunarto mengajak Dat untuk bermain ke rumahnya. Mereka pun bercerita banyak hal. Sunarto menceritakan rencananya untuk segera menikahi Suparni, seorang suster yang selama ini setia menjaga dan menemaninya selama di rumah sakit. Dat pun sangat setuju dengan keputusan yang dibuat oleh sahabatnya itu. Dat sangat senang, akhirnya Sunarto menemukan pasangan hidupnya yang akan menemaninya sampai tua nanti.
2. Unsur Intrinsik
1) Tokoh/Penokohan
a. Aku (Dat) : Baik dan suka toleransi
Kutipan : "Mengunjungi Sunarto di rumah sakit." (Hal. 7)
b. Sunarto : Percaya diri dan tegas
Kutipan : "Yang berani dan percaya pasti menang." (Hal. 25) dan kutipan "Ya, karena cintamu dari dulu semacam perjudian. Kau telah memilih kartu sebagai taruhannya." (Hal. 33)
c. Salmun : Iri dan pemarah
Kutipan : "Bangsat! Hidup kotor bangsat!" (Hal. 12)
d. Suparni : Lembut dan pemalu
Kutipan : "Ini sudah selesai?" Tanyanya lembut dengan tersipu malu-malu. (Hal. 23)
e. Eni : Angkuh
Kutipan : "Kau jangan merasa sudah menang, To." (Hal. 33)
2) Latar
a. Tempat : Rumah sakit
Kutipan : "Sebuah kamar, di suatu rumah sakit umum." (Hal. 10)
b. Waktu : Pagi dan sore
Kutipan : "Cahaya matahari pagi yang segar pun masuk ke kamar itu lewat jendela." (Hal. 21) dan "Suasana senja semakin beranjak sepi." (Hal. 42)
c. Suasana : Sedih
Kutipan : "Katanya, ia akan mencabut nyawaku." Lalu Salmun menangis. (Hal. 28)
3)Gaya Bahasa
Menggunakan gaya bahasa majas hiperbola, terlihat pada kutipan "Semacam badai api yang membakar sukmaku yang semula kukira keras bagai logam." (Hal. 49)
4) Sudut Pandang
Sudut pandang orang pertama. Karena terlihat pada kutipan awal cerita yaitu "Aku adalah orang paling terlambat mengunjungi Sunarto di rumah sakit."
5) Amanat
Dalam hidup janganlah kita iri terhadap nikmat yang diterima oleh seseorang. Syukurilah nikmat umyang telah di berikan Tuhan kepada kita.
6) Tema
Persahabatan yang penuh perjuangan
3. Unsur Ekstrinsik
a. Nilai Agama : "Dan dengan khusuk dia berdoa menghadap keloteng." (Hal. 21) dan "Tuhan yang mendirikan langit dan bumi seluruh alam." (Hal. 14)
b. Nilai Moral : Suka berkata bohong, terlihat pada kutipan "Aku mengagumi gambarmu!" Salmun pucat, dia berbohong(Hal. 13)
D. Keunggulan Novel
Cerita di dalam novel ini sangat objektif karena ceritanya dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari, dan dapat memberikan pelajaran bagi yang membacanya bahwa di dalam kehidupan yang jahat tidak selalu hancur.
E. Kelemahan Novel
Masih ada kata yang kurang ejaannya, seperti pada kutipan "Tuhan yang mendirikan langin dan bumi seru sekalian alam." (Hal. 14). Harusnya ejaan kata "seru" itu diganti menjadi kata "seluruh".
F. Hal Yang Menarik
Novel ini sangat menarik untuk dibaca. Karena di dalam ceritanya mengajarkam kita untuk sabar, terus berjuang dan jangan pernah menyerah dalam kehidupan.
Komentar
Posting Komentar